E. BILANGAN
RASIONAL DESIMAL
Ada banyak lambang yang dapat digunakan untuk memberi nama bilangan, tetapi setiap lambang hanya
mewakili sebuah bilangan. Lambang bilangan yang banyak digunakan sampai
sekarang adalah lambing romawi dan lambing Hindu-Arab. Lambing romawi tidak
menganut nilai tempat, sedangkan lambing Hindu-Arab menganut nilai tempat,
artinya nilai bilangan yang lambangnya sama adalah berbeda karena perbedaan
tempat (posisi) didalam lambang bilangannya.
Bilangan
mempunyai lima lambang dua yang nilainya
berbeda satu dengan yang lain.

Tempat
ke-1,
bernilai
=
x 




Tempat
ke-
bernilai
=
x 





Tempat
ke-3,
bernilai
00 =
x 




Tempat
ke-4,
bernilai
=
x 




Tempat
ke-5,
bernilai
=
x 




Lambang
bilangan Hindu-Arab yang menggunakan nilai tempat ini menggunakan perpangkatan
bualat dari sepuluh untuk setiap posisi atau tempat sehingga disebut decimal.
(Belanda),
pada abad 16, memperkenalkan cara menuliskan pecahan dalam bentuk desimal
sebagai berikut.
1. Tanda
koma diletakan setelah angka satuan
2. Satu
angka bilangan setelah koma menyatakan per sepuluhan.
3. Setiap
satu angka bilangan berikutnya, secara berturut-turturut menyatakan per
seratusan, per seribuan, dan seterusnya.
4. Bilangan-bilangan
rasional dengan penyebut 10 mempunyai satu tempat decimal, penyebut, 100
mempunyai dua tempat decimal, penyebut 1000 mempunyai tiga tempat decimal,
seterusnya.
Cara Simon Stevin untuk menuliskan bilangan rasional
pecahan dinamakan notasi decimal yang diperluas.
Contoh 8.14
a. Bilangan-bilangan
rasional per sepuluhan mempunyai satu angka decimal setelah koma.






b. Bilangan-bilangan
rasional per seratusan mempunyai dua angka decimal setelah koma.






c. Bilangan-bilangan
decimal dapat ditulis menjadi bilangan rasional pecahan dengan penyebut yang
sesuai dengan banyaknya angka desimal setelah koma.
0,
=




0,40 =
1,135 = 


Untuk bilangan-bilangan
rasional yang mempunyai penyebut bukan perpangkatan dari 10 (10*, k bilangan
bulat), ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Jika
penyebut dapat di ubah menjadi 10, 100, 1000,…maka pecahan rasional diubah menjadi
persepuluhan, per seratusan, per seribuan,.. atau dilakukan pembagian biasa.
b. Jik
penyebut tidak dapat di ubah menjadi 10, 100, 1000, … maka pembilang di bagi
penyebut dengan cara biasa.
Contoh
8.15
a. 






b.
dicari sebagai berikut.

0,







0, 6






c. Di
cari sebagai berikut.
0,4545





d.
di cari sebagai berikut

0,777





Dari contoh-contoh
diatas, contoh b menghasilkan sisa nol sehingga
dan
. Proses pembagiannya
berakhir maka decimal-desimal 0,
dan 0, 6
ditulis mempunyai akhir sehingga di sebut
decimal berakhir (terminating decimal).




Contoh c menghasilkan
sisa tidak nol sehingga proses pembagian dapat dilakukan terus-menerus, tidak
henti tanpa akhir, dan berulang sehingga di peroleh desimal berulang yang tidak
berakhir, di sebut decimal berulang (repeating decimal).
Ternyata setiap
bilangan rasional pecahan mempunyai bentuk decimal berakhir atau berulang. Jika
bilangan rasional pecah dapat mempunyai bentuk decimal berakhir atau decimal berulang
maka bagaimana dengan konversinya? Pertanyaan ini mengundang jawaban untuk
menunjukan bahwa decimal berakhir dn decimal berulang dapat dinyatakan dengan
bentuk perbandingan
, dengan a dan b bilangan-bilangan bulat dan b
≠ 0.

a. Untuk
desimal berakhir, pengubahan menjadi bentuk bilangan rasional dilakukan dengan
menggunakan notasi desimal yang diperluas


b. Untuk
desimal berulang, pengubahan menjadi bentuk bilangan rasional dilakukan dengan
melihat banyaknya angka yang berulang. Jika pecahan decimal n dengan k angka
berulang (teratur) maka n dikalikan
sehingga diperoleh n.
.


Kemudian, n
dikurangi n dan persamaan yang diperoleh di
selesaikan untuk memperoleh n.

Contoh 8.16
a. 0,
34 = (
) + (3
)




= 

=



=

=

Perhatikan bentuk
bilangan rasional yang diperoleh, yaitau mempunyai pembilang
(memuat tiga angka) dan mempunyai penyebut
(bayaknya angka
= 3). Dengan bentuk dan cara yang serupa maka
dengan cepat diketahui :



0,






0, 357 = 

b. Mengubah
n = 0,6666… menjadi bentuk bilangan
rasional (banyaknya
10 n = 6,6666… angka berulang adalah satu sehingga
palinggnya


n = 

c. Mengubah
n = 0,7
menjadi bentuk bilangan rasional

100 n = 7
( banyaknya angka berulang adalah

n = 0,
… dua sehingga pengalinya adalah
100)

99 n = 7

n = 

d. Mengubah
n = 7,6
… menjadi bentuk bilangan rasional

1000 n = 76
… (banyaknya angka berulang adalah

n = 7,6
… sehingga pengalinya adalah 1000).

999 n = 7617
n = 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar